Senin, 02 Maret 2020

“Ku tampar matamu !”


Jika kita hidup disuatu komunitas sudah barang tentu disana akan kita dapatkan berbagai istilah yang hanya dipakai di dalam komunitas tersebut, tanpa terkecuali komunitas santri yang sebagian besar umur dan hidupnya terkalang tembok suci pondok, banyak istilah-istilah yang mungkin terdengar asing ditelinga orang luar tapi familiar di lisan para santri.
Nah ! Di PP.Shafwanul Musthafa sendiri tempat saya khidmah ada istilah atau lebih tepatnya ungkapan pendek yang sering dipakai oleh salah satu guru staf pengajar untuk sekedar guyon maupun menggertak kepada santri-santri yang rada nyleneh atau melakukan hal-hal yang di anggap menyalahi peraturan pondok, ungkapan itu ialah “ tampar di mata nih !” yang jika kita terjemahkan ke dalam bahasa nasional artinya: Ku tampar matamu !.
Saya kira ungkapan itu produk asli dari sang guru, ternyata eh ternyata ! betapa terkejutnya saya sekaligus kagum setelah sekian lama mendengar bahkan seringkali ikut memakai ta’bir itu dalam berinteraksi dengan para santri bahwa kalimat tersebut telah dipakai sejak zaman sahabat nabi SAW  yaitu kurang lebih 1400 tahun yang lalu, bagaimana bisa ? begini ceritanya:
Diceritakan oleh as syeikh Nawawi bin Umar al Bantani di dalam kitab Nuuru adz-Dzolaam yang merupakan keterangan dari Nadzom Aqidatu al Awaam bahwa khalifah Ali bin Abi Thalib KW mempunyai enam orang anak dari Sayyidah Fathimah RA binti Rasulillah SAW  yang terdiri dari 3 putra yaitu: Hasan, Husen dan Muhassin, dan tiga orang putri, yaitu: Zainab, Ummu Kultsum dan Ruqayyah. Di antara tiga putri Sayyidina Ali tersebut ada yang kemudian menikah dengan Sayyidina Umar bin al Khatthab dimasa kekhalifahannya, ialah sayyidah Ummu Kultsum binti sayyidina Ali KW
As-syeikh nawawi menuliskan:
رُوِيَ أَنَّ عُمَرَ [ بْنَ الخَطَّابِ ] خطب إلى علي بنته أم كلثوم، فذكر له صغرها، فعاوده فقال علي: أبعث بها إليك، فإن رضيت فهي امرأتك، فأرسلها إليه فكشف عن ساقها، فقالت: مه ! فلولا أنك أمير المؤمنين . . . للطمت عينك. اهـ نور الظلام ص  197 دار المنهاج
 Diriwayatkan bahwasanya sy.umar RA datang kepada sy.ali KW untuk meminang putrinya yang bernama Ummu Kultsum, sy. Ali pun menerangkan bahwa putrinya itu masih kecil, kemudian sy. Umar datang kembali lalu sy.Ali pun menjawab: aku akan mengutus putriku kepadamu, jika engkau senang maka ia adalah istrimu, maka ia pun mengutus putrinya kepada sy.umar lalu ia membuka betis anak perempuan tersebut, anak perempuan itupun berkata: berhentilah ! andai engkau bukan seorang amirul mukminin maka sudah ku tampar matamu !. Nuuru adz-Dzolaam hal 197 Daar elMinhaaj.
Ketika membaca bagian ini antara takjub dan kagum saya tertegun dan bergumam di hati, “ini ustadz guyonnya koq ilmiyyah dan ada nilai sejarahnya ???”. saya rasa ini penting saya utarakan meski lewat tulisan agar siapa saja wabil khusus seseorang yang notabenenya adalah santri pondok untuk selalu memandang gurunya dengan ta’dzim dan penuh dengan sangka baik karena dibalik tindak tanduk sang guru tak terkecuali guyonannya yang sering kali menyelipkan unsur tarbiyah dan tak lepas dari dasar keilmuan. Wallahul muwaffiq ilaa aqwami at thariiq. By, Sibawaihi Saifullah, Ahad, 01032020.

4 komentar:

  1. Lanjutkan guru...
    Kritik dan saran akan bermunculan jika sudah mulai nyenggol² dikit,,, tanpa d.sengaja tp nyenggol x, he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha makasih, klo uda banyak pasti ad aja yg kesenggol sengaja ga sengaja,semoga ada itu senggolan hidayah 😋

      Hapus