Bismilahirrahmaanirrahiim,
setelah kita mengetahui kalimat-kalimat yang merupakan bagian kalam lengkap
dengan ta’rif dan tanda-tandanya, dengan itu artinya kita sudah bisa
mengenal dan membedakan antara satu kalimat dengan yang lainnya secara satu
persatu atau terpisah, maka dalam kesempatan kali ini kita akan membahas
kalimat-kalimat tersebut jika digandeng bersama kalimat lainnya sehingga
menimbulkan perubahan keadaan didalam kalimat tersebut yang disebut dengan i’rab.
Pengertian
I’rab
I’rab
menurut kitab Muqaddimah Aajuruumiyyah ialah:
تَغْيِيْرُ أَوَاخِرِ الْكَلِمِ لِاخْتِلَافِ
العَوَامِلِ الدَّاخِلَةِ عَلَيْهَا لَفْظًا أَوْ تَقْدِيْرًا
Artinya: Merubah akhir kalimat karena berbeda-beda ‘amil yang
memasukinya, perubahan itu bisa berupa lafadz ( ucapan ) atau taqdir ( hanya
dikira-kirakan, tidak nampak pada ucapan ).
Al Imam as Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan menjelaskan:” Bahwa lafadz
Zaid sebelum digandeng dengan kalimat lain (baca: ‘amil ) hukumnya mauquf
alias tidak bisa diberi harokat akhirnya dengan dlommah, fathah maupun kasrah, baru
kemudian jika kita gandeng dengan جاء
maka kita katakan جاء زيد dengan dlommah, atau رأيت
maka kita katakan رأيت زيدا dengan fathah. Atau باء maka kita katakan مررت بزيد dengan kasrah.
Perubahan akhir kalimat زيد
dari dun ke dan atau din disebabkan جاء,
رأيت dan الباء
huruf jarr itulah yang dinamakan i’rab, sedangkan جاء,
رأيت dan الباء
yang menyebabkan akhir kalimat زيد
berharakat dengan dlommah, fathah atau kasrah itu dinamakan dengan ‘amil”. ( Syarah
Mukhtashar Jiddan dengan sedikit perubahan redaksi )
Kemudian i’rab atau perubahan akhir kalimat itu kadang-kadang
nampak pada ucapan seperti contoh di atas, i’rab seperti itu dinamakan i’rab
lafdziy, dan terkadang tidak nampak pada ucapan maka oleh ulama nahwu
perubahan itu ditaqdirkan alias dikira-kirakan, i’rab seperti ini
dinamakan i’rab taqdiriy, hal ini terjadi pada beberapa kalimat,
diantaranya:
1.
Isim maqshuur
yaitu isim yang diakhiri dengan alif laazimah, seperti الفتى. Semua i’rob ditaqdirkan padanya, baik dlommah, fathah maupun
kasroh, karena alif tidak menerima harakat. Seperti:
جَاءَ الفَتَى، رَأَيْتُ الفَتَى، مَرَرْتُ بِالْفَتَى
2.
Isim manquush
yaitu isim yang diakhiri dengan ya’ laazimah, seperti القاضي.
Semua i’rab kecuali fathah ditaqdirkan padanya karena bberat mengucapkan ya’
diakhir kalimat dengan harakat dlommah atau kasrah, seperti:
جَاءَ القَاضِي، رَأَيْتُ القَاضِيَ، مَرَرْتُ بِالْقَاضِي
3.
Isim mudlof ilaa yaa’il mutakallim yaitu isim yang beridlofat kepada ya’ yang bermakna “aku”, semua i’rab
ditaqdirkan padanya karena menyesuaikan harakat dengan huruf ya’, seperti:جَاءَ غُلَامِي، رَأَيْتُ غُلَامِي، مَرَرْتُ بِغُلَامِي
Catatan:
1.
Alif dan ya’ laazimah
ialah alif dan ya’ yang merupakan bagian dari huruf asli kalimat bukan tambahan,
dalam ilmu sharaf dikenal dengan laam kalimah karena letaknya
diakhir berhadapan dengan laam pada wazan.
Macam-macam
i’rab
I’rab ada empat macam:
1.
Rafa’ yaitu i’rab
yang ditandai dengan dlommah atau penggantinya pada akhir kalimat.
2.
Nashab yaitu i’rab
yang ditandai dengan fathah atau penggantinya pada akhir kalimat.
3.
Khafadl/ jarr yaitu
i’rab yang ditandai dengan kasrah atau penggantinya pada akhir kalimat.
4.
Jazam yaitu i’rab
yang ditandai dengan sukun atau penggantinya pada akhir kalimat.
Rafa’ dan nashab
bisa menjadi i’rab bagi isim dan fi’il, sedangkan khafadl khusus untuk
isim, dan jazam khusus untuk fi’il.
|
الإعراب
|
||||
|
جزم
|
خفض
|
نصب
|
رفع
|
|
|
|
|
|
|
|
للأفعال
|
للأسماء
|
||||
جزم
|
نصب
|
رفع
|
خفض
|
نصب
|
رفع
|
Sekian penjelasan seputar i’rab pada tulisan kali ini, untuk
hal-hal yang dirasa belum tuntas atau belum difahami bisa ditambahkan atau
ditanyakan dikolom komentar, semoga bermanfaat, Wassalaam. By Sibawaihi
Saifullah, Sabtu, 14032020.